Teringat sebait lirik lagu Ada apa denganmu yang dipopulerkan oleh grup music peterphan asal kota kembang Bandung di mana sempat pula menduduki rating tertinggi dalam industri musik Indonesia. Lirik lagu tersebut mungkin sanggup di alamatkan bagi seseorang yang akan, sedang maupun sudah akhir karirnya di dunia ASN.
Pembaca, ada fenomena unik yang setiap tahunnya kita tonton dan marak terjadi yakni soal selalu membludaknya pemburu kerja mendaftar sebagai ASN.
Sebenarnya ada apa dengan dunia ASN sampai begitu menarik diperebutkan?
Rebutan Kaprikornus ASN
Tak ditabukan, daya tarik pekerjaan sebagai ASN sangat begitu luar biasa beredar luas di masyarakat, apalagi kalau bukan iming-iming terjaminnya masa tua.
Terus terperinci belum pernah saya secara eksklusif mendengar motivasi di luar akan jaminan hari bau tanah tersebut, sehingga saya berani menyimpulkan bahwa faktor uanglah yang menjadi daya tarik utama para pemburu kerja.
Pun ada benarnya, sepatah adegium lama juga menyampaikan uang bukan segala-galanya namun segala-galanya butuh uang. Sangat tidak mungkin anda membeli sesuatu hanya bermodal daun mangga yang di cap "Rp".
Pembaca, masyarakat tidak cuma memandang jalur asn yaitu satu-satunya jalan teraman untuk mencapai kesejahteraan, namun menjadi asn dianggap juga bisa menunjukkan stempel status sosial lebih tinggi, takarannya sanggup dilihat di pesta kalau duduk di pesta harus di bab depan.
Bahkan hal itu di perkuat oleh pernyataan walikota kota kotamobagu pada satu kesempatan pesta komitmen nikah di kelurahan mogolaing di keluarga Drs. Hasan Mamonto, yang pada dasarnya protokoler tempat duduk seorang pejabat pada hajat masyarakat, porsi tempat duduknya yaitu di bab depan.
Apa alasannya ?
Ironis memang, jika urusan pekerjaan di campur-adukan dengan hak individu selaku pemilik hajat. Begitu dalamnya campur tangan kepala tempat hingga ke urusan tempat duduk segala maka memberi indikasi berpengaruh kepala tempat itu ingin dihormati jidatnya.
Ini sanggup ditafsirkan gaya kepemimpinan otoriter, yang cuma banyak dipraktekkan di jaman kerajaan.
Ini sanggup ditafsirkan gaya kepemimpinan otoriter, yang cuma banyak dipraktekkan di jaman kerajaan.
ASN Takut Non Job
Persoalan utamanya yaitu kalau seorang pemimpin berbagi dan mempertahankan cara-cara yang berkesan diktatorial menyerupai itu dalam pemerintahannya maka akan mematikan daya kreativitas seorang ASN.
ASN menjadi takut untuk memberikan pendapat, takut kena semprot pimpinan yang mungkin akan berujung non job. Itu berarti hilangnya pendapatan berupa kontribusi dan lain sebagainya bagi dirinya.
Artikel Lain
Gerombolan Pejabat Pas-pasan Pantat Ditendang
Berkaca pada pengalaman saya selama berkarir 21 tahun sebagai ASN, banyak hal positif maupun negatif sudah saya lalui, mulai dari membangun kerjasama antar rekan sejawat maupun pihak ketiga, perdebatan sesama rekan kerja dalam banyak sekali level tingkatan jabatan yang terkadang itu diselipi saling baku ancam.
Non job sebagai bab dari konsekwensi berkarir di PNS sudah pernah saya rasakan betapa pahitnya. Bagamana tidak ? Coba anda bayangkan pergi ke kantor tapi tempat duduk kerjanya tidak tahu di mana, belum lagi soal mau kerja apa.
Terkait itu, dominan ASN sangat takut sekali dengan ancaman Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 ihwal Disiplin PNS. Apalagi peraturan ini terkadang dijadikan tameng pula untuk menonjobkan seorang ASN dari jabatannya.
Artikel Lain
Dosis Tepat Mutasi Jabatan
Ini juga menjadi salah satu pemicu mengapa ide-ide ASN kurang muncul ke permukaan. Kalau pun ada, selalu dihubung-hubungankan dengan untung ruginya dari sisi ekonomi oleh pengambil kebijakan.
Belum lagi soal ASN yang kehilangan haknya akhir praktek-praktek yang tidak masuk akal kalau tidak mau dibilang "dirampok" karena kebijakan sepihak pimpinan maka hampir tidak mungkin juga ada ASN kolam kapten amerika yang berani melakukan protes.
Kumpulan masalah-masalah menyerupai itu merupakan sebuah pengalaman eksklusif saya sehingga suatu waktu pernah terpikirkan bahwa pensiun dini adalah alternatif terbaik, namun di sisi lain kalaupun saya resign lebih awal bagaimana saya menunjukkan sumbang saran bagi pembangunan tempat sekiranya jauh dari pengambil kebijakan.
Pembaca, memang patut diakui butuh komitmen berpengaruh memang untuk membangun tatanan pemerintahan yang higienis dan bebas korupsi. Semua itu berpulang kembali ke kepala daerahnya, mau tidak menjadi suri tumpuan yang baik bagi masyarakat luas.
baca juga: Berburu ASN Nakal
0 Response to "FAKTA UNIK DUNIA KARIR ASN"
Posting Komentar