Foto sepi dan kosong, itu istilah yang saya pergunakan untuk jenis foto menyerupai di atas. Foto tipe menyerupai ini banyak dibentuk oleh mereka-mereka yang sedang berwisata.
Terkagum pada keindahan alam yang ada di hadapannya, biasanya orang akan cenderung menekan tombol shutter release secara refleks. Mereka ingin mengabadikan apa yang idrasa dan dilihat serta ingin orang ikut mencicipi apa yang dirasakannya dikala melihat pemandangan menyerupai ini.
Sayangnya, kebanyakan sesudah kembali ke "alam nyata" dan lepas dari biusan keindahan yang dilihatnya, barulah mereka kecewa dan menyadari bahwa hasil fotonya tidak mencerminkan apa yang dilihat dan dirasanya.
Mereka lupa satu hal.
Perasaan keindahan itu lahir sebab insan punya rasa, sedangkan kamera tidak. Kamera tidak dapat menampilkan rasa.
Itulah kenapa seorang fotografer biasanya akan berdiam diri dikala melihat hal menyerupai ini. Jari telunjuk mereka akan lepaskan dari tombol shutter dan lalu menikmati saja pemandangan indah yang disajikan alam di hadapannya.
Barulah sesudah perasaan itu mereda, mereka akan mengangkat kembali kameranya, dan lalu melaksanakan satu hal.
BERPIKIR.
Yap. Fotografi juga perlu berpikir. Tidak dapat dilakukan tanpa memutar otak sebab disana ada ide, fokus, obyek, dan banyak hal lainnya.
Salah satu yang dipikirkannya ialah apakah pemandangan indah yang dilihatnya harus dijadikan subyek utama atau latar belakang saja. Seorang landscaper akan menjadikannya subye, tetapi fotografer jalanan, menyerupai saya akan menjadikannya latar belakang. Keduanya akan memerlukan teknik yang berbeda.
Nah, foto sepi dan kosong menyerupai di atas, tidak menyenangkan untuk dilihat, bahkan bagi saya sendiri. Tidak ada jiwa. Saya merasa bahwa pemandangan itu bagus, kalau ada sedikit tambahan suplemen sehingga memperlihatkan sedikit "jiwa" di dalam fotonya.
Untuk itulah, saya memanfaatkan beberapa orang pekerja yang akan menuju lokasi daerah kerjanya sebagai tambahan dalam foto. Hasilnya :
Tidak lagi kosong. Ada jiwa dalam siluet sosok insan di dalamnya.
Yang perlu dilakukan hanya menunggu pada satu titik dimana latar belakang dianggap yang terbaik dan lalu membiarkan obyek pelengkapnya lewat dengan sendirinya. Menunda beberapa detik sampai sang pekerja berada pada daerah sesuai teori rule of thirds.
Menunggu, bersabar, dan jeli melihat situasi. Hal itu akan membantu menghindari foto yang sepi dan kosong.
0 Response to "Menghindari Membuat Foto Yang Sepi dan Kosong"
Posting Komentar