Jakarta. Kota metropolitan dan penuh dengan orang cerdik dan biasanya orang cerdik lebih tahu aturan dan tata tertib. Sayangnya, pada kenyataannya tidak selalu demikian.
Pagi ini Jalan Wahid Hasyim memperlihatkan sebuah teladan bahwa tidak semua orang paham aturan dan lebih parahnya lagi tidak mau mendapatkan konsekuensi atas tindakannya. Sudah biasa kan.
Seorang laki-laki marah-marah dan menolak ditilang alasannya ialah parkir di trotoar. Itulah kejadiannya dan tidak sengaja terlihat ketika saya sedang berjalan menuju ke kantor.
Sudah terang terlihat bahwa mobilnya (berwarna putih) memang terparkir di atas trotoar, yang merupakan hak pejalan kaki, tetapi laki-laki ini tidak mau mendapatkan surat tilang yang diberikan sang polisi. Pria itu dibantu mitra wanitanya terus berusaha semoga sang polisi menarik kembali lembaran berwarna biru yang diserahkannya sebagai tanda tilang.
Sesuatu yang sangat ironis, pastinya. Hampir mustahil sang bapak tidak tahu bahwa di Jakarta sedang dilakukan BULAN TERTIB TROTOAR dimana Pemerintah Daerah DKI Jakarta, dibantu dengan Dinas Perhubungan dan Kepolisian sedang menertibkan penggunaan trotoar.
Mereka bukan hanya menyuruh pergi sepeda motor yang parkir dari trotoar. Bukan pula sekedar memastikan tidak ada pedagang yang berjualan di atas trotoar, tetapi mereka tidak segan untuk emngangkut motor dan menilang siapa saja yang parkir di atas jalan yang seharusnya hanya untuk pejalan kaki.
Si bapak entah mengapa tidak merasa bersalah. Mungkin alasannya ialah ia hanya merasa parkir sebentar saja. Tetapi, ia mungkin lupa bukan problem sebentar atau usang yang menjadikan ia ditilang. Masalahnya ialah ia parkir di kawasan yang bukan seharusnya dan melanggar hukum, yaitu Undang-Undang Lalu Lintas.
Sebentar atau usang tetap saja melanggar aturan dan merampas hak para pejalan kaki.
Lucunya, ia menyerupai tidak merasa bersalah. Sesuatu yang tidak mengherankan alasannya ialah parkir di atas trotoar sudah dianggap biasa oleh banyak orang, meskipun jelas-jelas salah.
Lucunya lagi, dan sangat lucu ialah sang laki-laki bertingkah menyerupai anak kecil yang tidak mau ibunya pergi. Ia memegang setang motor sang polisi dan menahannya sehingga si polisi kerepotan alasannya ialah sepeda motornya tertahan.
Bahkan ketika sang polisi mundur untuk mendapatkan ruang, sang laki-laki terus memegang dan menahan semoga sang polisi tidak sanggup pergi. Mirip menyerupai anak kecil yang ngambek alasannya ialah tidak diajak ke pasar.
Untungnya sesudah beberapa saat, sang polisi sanggup "mundur" agak jauh dan kemudian berlalu.
Lucu memang. Sudah salah, tidak mau mengaku salah, dan menciptakan kerepotan. Khas sekali orang Indonesia yang sering sudah salah malah marah-marah.
Sebuah cermin betapa masih jauhnya masyarakat Indonesia untuk menjadi masyarakat beradab yang sanggup mematuhi peraturan atau siap mendapatkan konsekuensinya.
Untung, sang Asus T00N selalu siap sedia sehingga momen lucu sekaligus mengenaskan ini sanggup terekam, walau dari kejauhan.
0 Response to "BULAN TERTIB TROTOAR :Pria Ini Menolak Ditilang Dan Menahan Polisi Agar Membatalkan Surat Tilang"
Posting Komentar