Seolah menjadi sebuah tradisi kutukan dan tullah (baca : kualat) yang dilembagakan di Kab. Bolaang Mongondow, setiap berhembus kabar investor mulai melaksanakan kegiatan usahanya maka sejalan itu pula muncul kepungan pelbagai masalah.
Ini bencana kedua sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit harus berhadap-hadapan lagi dengan masyarakat sesudah sebelumnya tahun 2013 kemudian PT Inobonto Indah Perkasa mengalami masalah serupa.
Hari itu Senin 9 November, alasannya ialah kesal dengan PT Karunia Kasih Indah (KKI) masyarakat Kec. Lolak dan Kec. Sang Tombolang kesannya menggelar aksi mimbar bebas ke Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow.
Investor nakal
Tema utama yang diumbar dalam agresi tersebut ialah menolak peran dan sepak terjang PT Karunia Kasih Indah (KKI) anak perusahaan Izisen Grup yang dalam melaksanakan investasi perkebunan kelapa sawit berkesan sangat pandang enteng dan cacat hukum.
Sejumlah alasan tak luput disemburkan dalam agresi demo tersebut mulai dari duduk kasus harga tanah yang tidak sesuai kesepakatan, soal alih fungsi lahan dari pertanian ke perkebunan hingga pada kasus pengusiran masyarakat yang akan berkebun di wilayah Hak Guna Usaha (HGU) yang dikuasai.
Tudingan masyarakat itu dititik ini sah, dan menyelidiki sekian keluh kesah yang berkesiuran itu, dalam pandangan saya ialah soal pengusiran masyarakat di wilayah Hak Guna Usaha perusahaan yang sangat pas untuk diberi perhatian khusus.
Pasalnya jikalau ditelusuri secara cermat, wilayah HGU ini menjadi pondasi terdepan PT. Karunia Kasih Indah berani menancapkan kukunya guna berinvestasi di wilayah Kecamatan Sang Tombolang dan Kec. Lolak.
Adalah elaeis guineensis nama latinnya atau sering disebut sebagai kelapa sawit yang menjadi pangkal soalnya, sebuah nama yang terbilang cukup cantik kolam nama seorang bidadari dalam tokoh pewayangan yang turun mandi di danau Mooat.
Tanaman ini berdasar silsilahnya berasal dari golongan spesies hasil domestikasi, maksudnya flora yang proses tumbuh berkembangnya melalui tahap budidaya (baca berkebun).
Sejalan namanya yang bagus itu, pun flora ini memperlihatkan gurihnya laba yang sanggup di raup siapa saja untuk mempertebal kantong pribadinya.
Jadi tidak terlalu mengherankan banyak perusahaan di Indonesia berbondong-bondong melirik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit yang salah satunya PT Karunia Kasih Indah (KKI).
Konon katanya flora kelapa sawit ini bahwasanya berasal dari benua hitam Afrika, dan kemudian masuk ke Indonesia dengan mediator Pemerintah Hindia Belanda tahun 1848.
Saat itu kelapa sawit ini mulai dibudidaya pertama kali di pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Deli dan Aceh.
Sejalan waktu berlalu, akumulasi jumlah lahan garapan yang telah di tanami kelapa sawit telah berkembang mencapai 8 juta Ha, begitu kata Teguh Patriawan ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia.
Sejumlah para pakar ekonomi pun setuju menyampaikan bahwa secara nasional investasi perkebunan kelapa sawit ini akan bisa mengerakkan perekonomian daerah-daerah terpencil.
Selain itu juga investasi di sektor ini akan bisa menyerap tenaga kerja 5 juta orang secara pribadi dan 3 juta orang sebagai tenaga komplemen diluar kebun.
Ini berarti investasi sektor perkebunan kelapa sawit sesungguhnya sanggup menjadi andalan dan salah satu pintu masuk untuk menggerakkan ekonomi nasional yang 1 tahun belakangan masih loyo.
Apalagi kasus investasi ini sebelumnya telah di kukuhkan dan di perkuat lewat paket kebijakan ekonomi jilid I – VI oleh pemerintahan Jokowi, yang kesemuanya itu ditujukan untuk memperkuat geliat investasi di level nasional dan tempat yang lagi suram.
Solusi Sengketa lahan perkebunan
Terlepas dari paket kebijakan ekonomi itu, agresi demo masyarakat senin kemudian menjadi penanda bahwa investasi yang dilakukan PT. Karunia Kasih Indah masih menyisakan sejumlah masalah serius. Ini menjadi signal jelek serta titik nol bahwa investasi yang mereka lakukan, diperkirakan kedepannya tidak akan membawa efek apa-apa bagi perekonomian daerah.
Dengan melihat kondisi tersebut maka seyogyanya inisiatif pembenahan harus segera diambil Pemda Kab. Bolaang Mongondow, dikhawatirkan sengketa tanah perkebunan kelapa sawit menyimpan titik titik panas yang setiap ketika sanggup meletup menjadi konflik sosial yang berujung anarkis.
Peristiwa pembakaran base camp perusahaan pasir besi di desa Paret Kab. Bolaang Mongondow Timur 4 tahun silam ialah sebuah pola masalah yang sanggup dijadikan sebuah pelajaran kita bersama.
Sementara itu, sadar akan pentingnya investasi dalam menggerakan sumbu perputaran ekonomi tempat Kab. Bolaang Mongondow, ketika mendapatkan pendemo kemudian sebagaimana telah di lansir manado post, Bupati Bolaang Mongondow Salihi Mokodongan tegas menyampaikan solusi bahwa “aktivitas bercocok tanam warga harus terus berjalan dan tidak perlu takut dengan intimidasi.
“Saya perintahkan tetap menanam, tapi tidak ada yang merusak lahan perkebunan sawit,” ">cara menuntaskan sengketa tanah
0 Response to "SOLUSI SENGKETA TANAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT"
Posting Komentar