Membakar Sampah : Memecahkan Masalah Menambah Masalah

Slogan program Indonesia Lawak's Club yang unik itu ternyata ada benarnya. Kalimat "Memecahkan duduk masalah tanpa solusi" sempurna sekali untuk disematkan juga pada kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak juga hilang, yaitu memperabukan sampah.

Banyak yang berpikir kalau cara itu membantu lingkungan, tetapi gotong royong tidak. Bahkan, dapat dikata bukan memecahkan masalah, tetapi justru menambah duduk masalah yang berkaitan dengan lingkungan.


Tidak percaya? Perhatikan saja hal-hal yang diakibatkan oleh pembakaran sampah, terutama sampah rumah tangga.

1. Polusi udara

Sudah niscaya memperabukan sesuatu niscaya akan menghasilkan yang namanya asap. Dalam asap terkandung banyak sekali gas ibarat karbondioksida, karbonmonoksida, dan karbon. Tergantung benda yang dibakar, akan banyak sekali polutan yang terkandung di dalamnya.

Apalagi kalau yang dibakar yakni plastik yang terbuat dari materi kimia, atau baterai bekas. Sudah niscaya akan bertambah unsur pencemar lingkungan di dalamnya.

Asap pembakaran sampah kelihatannya sedikit, tetapi bayangkan jikalau 1 juta rumah memperabukan sampah setiap harinya. Jumlahnya akan sangat membesar dan volume pencemaran udara akan meningkat dan terjadi setiap hari.

2. Sampah tetap ada

Sampah rumah tangga kebanyakan terdiri dari sampah basah, yaitu sampah organik yang tidak gampang terbakar sebab mengandung air, ibarat sisa sayuran, sisa makanan, dan banyak sekali sisa lainnya. Benda-benda tak terpakai ini tidak akan terbakar dengan gampang dan menjadi abu.

Pembakaran sampah tetap akan menyisakan sampah-sampah berair ibarat ini. Hal ini berarti tujuan memperabukan sampah tidak tercapai. Sampah akan tetap ada. Belum lagi beling, kaca, baterai bekas tidak akan terbakar sepenuhnya.

Tambahkan dengan bubuk pembakaran yang juga perlu ditangani.

3. Bisa berbahaya

Percikan api sudah yakni hal yang berbahaya. Salah-salah, api yang semula kecil dapat membesar jikalau pembakaran dilakukan di kawasan yang kurang tepat.

Sudah terlalu banyak teladan wacana hal ini.

Berarti, paling tidak ada 2 duduk masalah pemanis bagi lingkungan yang mengiringi proses pembakaran sampah yang biasa dilakukan

Lalu, bagaimana seharusnya sampah ditangani biar tidak menambah duduk masalah bagi lingkungan? Butuh sedikit kerja ekstra, tetapi karenanya dapat benar-benar membantu lingkungan.

1. Membuat sampah organik menjadi kompos

Gali lubang dan masukkan semua sampah organik ke dalam lubang tersebut. Tutup kembali dengan tanah dan tunggu hingga 6 bulan.

Hasilnya berupa kompos yang kalaupun tidak dipergunakan dan tetap berada di dalam tanah akan menyuburkan tanah.

2. Menjual sampah

Kertas koran, kardus bekar, dan banyak hal lain yang dapat diloakkan alias dijual. Biasanya sesudah itu sang pembeli akan menjualnya lagi ke pengepul atau mereka yang dapat memanfaatkan sampah-sampah tersebut.

3. Mendaur Ulang

Memakai kembali banyak sekali benda yang dapat dimanfaatkan, ibarat botol plastik bekas air mineral yang gotong royong dapat dipergunakan sebagai pot untuk taman vertikal.

Butuh sedikit kreatifitas dan kemauan untuk repot untuk benar-benar membantu lingkungan. Membakar sampah tampaknya sederhana dan menjadi pemecahan efektif, tetapi gotong royong tidak. Proses ini hanya menambah duduk masalah pada duduk masalah yang sudah ada.

Kalau tidak mau repot, sederhana saja. Bungkus sampah-sampah tersebut dengan plastik dan buang ke kawasan sampah atau biarkan petugas kebersihan mengangkutnya. Setidaknya kita memastikan sampah itu akan dikirim ke lokasi tertentu dimana sampah ditangani.

Hal itu lebih baik daripada sampah itu dibakar.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Membakar Sampah : Memecahkan Masalah Menambah Masalah"

Posting Komentar