Inilah Mengapa Opang (Ojeg Pangkalan) dan Ojeg Online Tidak Bentrok di Stasiun Gondangdia

Perseteruan antara opang (ojeg pangkalan) dan ojeg online, ibarat Grab-Bike, Go-Jek! Atau Uber kerap terdengar belakangan ini. Masalah perebutan rezeki memang sulit, insan biasanya cenderung menjadi "ganas" bila terkait urusan perut, apalagi jikalau periuk nasinya terancam.

Tidak jarang menjadikan bentrokan dan suasana mencekam.

Tetapi, tidak demikian di Stasiun Gondangdia. Suasananya kondusif dan tenang saja. Selama aku memakai stasiun di erat Mesjid Cut Meutia, Jakarta itu, tidak pernah melihat terjadinya ukiran antara tukang ojeg pangkalan dan online. Padahal keduanya sering terlihat disana menaik turunkan penumpang.

Mulanya aku tidak tahu mengapa, dan bersyukur, bahwa tidak ada terjadi ukiran antar keduanya, tetapi sesudah mengamati, tampaknya ada perjanjian tak tertulis antara keduanya untuk punya kawasan masing-masing.

Ojeg pangkalan menerima "jatah" mangkal di sekitaran stasiun, ibarat foto di bawah ini.


Sementara ojeg online akan menunggu penumpang yang memesan mereka di kawasan terpisah, ialah di jalan samping Gedung MNC Tower.


Jadi, tidak ada pertemuan pribadi antara kedua kelompok ditambah keberadaan beberapa petigas kepolisian yang rutin mengatur kemudian lintas disana. Para penumpang yang sudah memesan ojeg online biasanya sudah mengerti ihwal hal ini dan tidak berkeberatan untuk berjalan sedikit.

Hasilnya, tidak ada konflik yang terjadi.

Hal yang sederhana mengatakan jikalau semua pihak bersedia saling mengerti dan mengalah, tidak akan terjadi bentrokan dan benturan yang merugikan semuanya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Inilah Mengapa Opang (Ojeg Pangkalan) dan Ojeg Online Tidak Bentrok di Stasiun Gondangdia"

Posting Komentar