AWAS KOPI BERBAHAYA

Belum lumpuh ingatan publik dengan tragedy kopi mengandung sianida yang hingga ketika ini ta AWAS KOPI BERBAHAYA
Belum lumpuh ingatan publik dengan tragedy kopi mengandung sianida yang hingga ketika ini tak kunjung tuntas. Akibat kejadian itu sempat menciptakan komunitas pencinta, penikmat dan penggila produk yang kaya akan kafein, harus was-was kala mau menyerumput secangkir kopi di pasar modern. 

Namun lupakan kasus kopi beracun itu, saya sebagai salah seorang maniak kopi sangat menyenangi kalau disuguhi kopi Kotamobagu. Cita rasanya kuat, menghentak, dan menciptakan pengecap bergoyang. Apalagi kalau itu diseduh dengan kadar kopi yang ekstrim (2 kopi : 1 gula) aromanya makin membumbung dan  menciptakan bulu hidung bergetar.

Bermula dari kebiasaan, budaya dan rutinitas minum kopi itulah, maka terbersit ilham untuk menelusuri sejarah tanaman kopi Kotamobagu, jenisnya apa, cara pengolahan  kopi oleh petani bagaimana dsb. Terpantau, potensi ini sangat melimpah ruah di wilayah Kotamobagu dengan luas perkebunan kopi yang mencapai 130 Ha di Kecamatan Kotamobagu Utara.

Usut punya usut ternyata kopi yang ada di Kecamatan Kotamobagu Utara ini atau tepatnya di Desa Bilalang dua yaitu tanaman kopi peninggalan kolonial Belanda. Hal yang sama juga berlaku di wilayah Kec. Modayag sebagai salah satu kawasan pemasok kopi ke Kotamobagu, masih merupakan tanaman warisan negeri kincir angin Belanda jaman penjajahan dulu kala. 

Lantas kenapa kopi Kotamobagu begitu,  kuat aroma dan cita rasanya unik ? Selain sudah bersertifikasi organik dari inoffice, jenis kopi yang dibudidayakan petani secara umum yaitu jenis Robusta sebab cocok pada ditanam pada ketinggian 600 - 700 Dpl.

Jenis ini memang populer akan aromanya yang kuat di banding jenis kopi lainnya, apalagi aroma  itu juga dipicu oleh tehnik pengolahan kopi masyarakat yang memakai metode kering (baca : panggang).

Selain itu juga, ternyata, tidak hanya jenis kopi robusta yang ditanam,  jenis kopi arabica pun ikut-ikutan ditanam walau jumlahnya tidak begitu banyak di wilayah perkebunan kopi Kec. Modayag.  Disini adegan serunya, kopi Liberica yang konon ditanam semenjak masa 19 di Indonesia, ternyata ditemukan juga di perkebunan kopi Modayag. 

Tipologi tanaman ini unik, tingginya dapat mencapai 9 meter, berbuah sepanjang tahun dengan daun lebar-lebar. Sebenarnya kopi  ini, seolah-olah kopi arabica dengan cita rasa  seolah-olah buah nangka atau kacang panjang mentah dengan aromanya yang harum. 

Sudah begitu,ada homogen binatang dari keluarga musang (disebut kuse) di perkebunan kopi kecamatan Modayag   sangat suka mengunyah kulit kopi yang sudah merah.Biasanya dikulum di dalam mulutnya hingga yang tersisa tinggal biji kopinya lalu dimuntahkan lagi. Apakah ini turut besar lengan berkuasa pada citarasa kopi, belum ada hasil penelitiannya.  

Lepas dari soal binatang absurd itu, kalau merunut pada fakta-fakta yang dibeberkan tadi, maka patut di duga bahwa kopi Kotamobagu yaitu hasil kombinasi dan perpaduan dari ketiga tipologi kopi robusta, arabica dan liberica. 

Di titik ini kalau diseriusi bisa-bisa kopi Kotamobagu akan sangat berbahaya, mengancam merebut pangsa pasar banyak sekali brand kopi dalam negeri yang sudah tenar dan punya nama besar.  Bukan tidak tidak mungkin itu akan terjadi.

Baca juga :

Heboh binatang absurd pemakan kopi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AWAS KOPI BERBAHAYA"

Posting Komentar