Kata siapa kemajuan selalu akan diterima dengan tangan terbuka? Tidak selalu dan tidak selamanya demikian. Banyak sekali bukti bahwa kemajuan sering harus dipaksakan biar diterima.
Contohnya, foto di atas, yang dijepret di stasiun Gondangdia dengan Samsung Galaxy A6 beberapa menit sebelum artikel ini ditulis mengatakan hal tersebut.
Foto itu menjelaskan bagaimana PT KCJ (KAI Commuter Jabodetabek), pengelola KRL, sedang membiasakan para penumpang untuk mempergunakan Automatic Ticket Vending Machine (ATVM). Caranya dengan menutup semua loket manual.
Sejak beberapa bulan yang lalu, PT KCJ memang mulai memasang banyak yang merupakan sebuah langkah maju dalam perkeretaapian Indonesia. Dengan adanya mesin otomatis penjual tiket ini, diperlukan pelayanan terhadap para pengguna KRL menjadi semakin cepat dibandingkan dengan pelayanan secara manual via loket yang acapkali menerima kecaman sebab dianggap terlalu lamban.
Sayangnya, ternyata sehabis beberapa lama, masih banyak calon penumpang yang tetap lebih suka mendatangi loket ketika mengisi ulang THB atau Tiket Harian Berjaminan atau KMT, Kartu Multi Trip.
Rupanya banyak yang merasa lebih nyaman dilayani oleh insan dibandingkan melaksanakan self service. Padahal di banyak negara yang sudah lebih maju perkeretaapiannya, menyerupai Singapura, Cina, Hongkong, Jepang, justru loket manual sudah hampir tidak ada. Semuanya diganti dengan mesin otomatis yang lebih cepat dan efisien.
Menghadapi hal itu, PT KCJ tidak habis akal. Mereka mulai menutup banyak loket manual di stasiun-stasiun yang berada di bawah kendali perusahaan itu. Mau tidak mau, para penumpang yang ingin memakai KRL harus mau berinteraksi dengan mesin.
Walaupun demikian, PT KCJ menyadari jikalau butuh waktu untuk pembelajaran biar masyarakat terbiasa. Oleh sebab itu, mereka tetap menyediakan beberapa petugas untuk mendampingi penumpang ketika memakai mesin tiket otomatis itu.
Hal yang sama pernah dilakukan ketika perusahaan yang sama menerapkan tiket dan gerbang elektronik. Banyak keluhan penumpang yang merasa tidak nyaman, tetapi sehabis berjalannya waktu, hampir tidak ada keluhan terhadap sistem tiket elektronik yang dipergunakan dan bahkan penumpang merasa nyaman.
Hanya sebuah bukti kecil bahwa kemajuan sering harus diiringi dengan pemaksaan biar sanggup berjalan efektif. Pemaksaan secara halus untuk membiasakan terhadap sebuah perubahan ke arah yang lebih maju.
0 Response to "Kemajuan Sering Harus Dipaksakan Agar Bisa Diterima"
Posting Komentar