Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak pernah melaksanakan introspeksi diri. Banyak kemacetan disebabkan lantaran ketidaksabaran mereka sendiri sebagai pengguna jalan. Tidak jarang di jalanan terlihat saling serobot dan menutupi jalur dari arah lain hanya lantaran mereka ingin cepat.
Hal itu terjadi di banyak kota, termasuk di Bogor, kota dimana aku tinggal. Salah satu titik kemacetan yang paling parah yaitu di Jalan RE Martadinata, dimana terdapat pintu perlintasan kereta sebidang.
Fotonya menyerupai ini.
Ruwet bin semrawut.
Banyak keluhan di media umum dan menyalahkan pemerintah Kota Bogor tidak bisa memecahkan duduk perkara itu. Padahal kenyataannya, mereka yang mengeluh dan mencerca sebetulnya yaitu episode dari duduk perkara itu sendiri.
Mereka tidak sabar dan tidak mau menunggu giliran. Acapkali mereka menerabas dan menutupi jalur yang seharusnya digunakan oleh kendaraan dari arah yang berlawanan hanya semoga bisa berada di posisi paling depan. Hasilnya semua tersendat dan tidak satupun yang bisa cepat, semua terhambat.
Mereka lupa bahwa dengan melaksanakan itu hak pengguna jalan yang lain dirampas dan justru menjadikan kekacauan. Mereka lupa bahwa kalau mau lancar dan cepat semua harus bekerja sama, menunggu giliran, dan mematuhi hukum yang ada.
Tidak akan ada kelancaran bila tidak ada kerjasama. Sikap mau menang sendiri hanya akan menghasilkan khaos dan kekacauan dimanapun.
0 Response to "Kalau Mau Lancar, Tunggu Giliran dan Patuhi Aturan, Jangan Mau Menang Sendiri"
Posting Komentar