Kalau dilihat foto di atas tampaknya tidak ada yang salah. Semua terasa normal. Kehadiran becak di Jalan Sudirman tersebut terlihat biasa saja. Tidak ada masalah, namanya juga kendaraan. Meski bukan kendaraan bermotor tetap saja kendaraan namanya dan fungsinya mengangkut penumpang.
Sayangnya, foto tersebut bekerjsama memperlihatkan sebuah kesalahan. Cukup besar dan bekerjsama memperlihatkan mengapa Indonesia sulit menjadi sebuah negara yang maju dan teratur.
Mengapa demikian?
Karena bekerjsama foto tersebut mencerminkan "tidak tegaknya" aturan di Indonesia.
Peraturan Walikota Bogor menyebutkan bahwa becak, si kendaraan roda tiga, dihentikan beroperasi di jalan-jalan protokol di Kota Hujan tersebut. Lebih jauh lagi, di dalam Perwali bahkan disebutkan nama-nama jalan dimana becak tidak boleh lewat, Jalan Sudirman yang merupakan jalan utama, termasuk salah satunya.
Para pengendara yang lain tidak akan mempermasalahkan kemudian lalangnya becak menyerupai di foto. Semua cuek. Bukan cuma orang biasa, bahkan petugas kepolisian sendiri tidak menaruh perhatian kepada hal menyerupai ini.
Tidak jarang, justru mereka yang mempermasalahkan akan dicerca. Mereka akan dianggap mengganggu orang mencari nafkah, apalagi orang kecil menyerupai tukang becak yang penghasilannya tidak seberapa.
Sayangnya, pemakluman menyerupai ini yang menciptakan aturan tidak pernah tegak di negara ini. Orang "kecil" atau berekonomi lemah dipandang sebagai mereka yang harus "dibela". Ketika mereka melaksanakan kesalahan maka orang lain harus maklum.
Orang-orang teraniaya akan selalu menerima simpati banyak dari masyarakat umum. Buktinya saja SBY naik tahta sebagai Presiden RI pertama kali ditengarai alasannya yakni ia "dikuyo-kuyo" oleh presiden sebelumnya. Masyarakat melihatnya sebagai figur yang teraniaya dan menawarkan suaranya kepadanya.
Itulah abjad orang Indonesia yang menciptakan negara ini sulit mencapai level negara maju.
Karakter yang balasannya menciptakan aturan hanya galak di kertas saja. Ketika dihadapkan pada realita, maka aturan menjadi macan ompong. Slogan bahwa semua orang kedudukannya sama di mata aturan menjadi hanya sekedar slogan kosong saja. Buktinya, aturan tidak berdaya dikala menghadapi orang "kecil".
Padahal, tanpa aturan yang tegak, maka kesemrawutan rentan terjadi. Buktinya sudah sanggup dilihat di jalan-jalan banyak sekali kota dimana semua orang mencicipi ketidakteraturan yang teramat sangat. Hal itu merupakan konsekuensi logis dari tidak tegaknya aturan di negeri ini.
Foto becak yang beroperasi di Jalan Sudirman, jalan protokol, Kota Bogor, dimana aku tinggal ini sederhana, tetapi mewakili banyak hal dan mencerminkan salah satu budaya sebuah bangsa yang sedang berkembang, Indonesia.
Paling tidak dari sudut ketidakmauan banyak warganegaranya untuk mematuhi yang namanya aturan atau aturan. Sebuah bangsa yang rakyatnya terlalu terfokus pada diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain.
0 Response to "Ketika Becak Melintas Dengan Santai Di Jalan Sudirman Bogor, Ada Kesalahan Yang Dimaklumi"
Posting Komentar