HASIL SIMULASI BASUKI TJAHAYA PURNAMA, MENANG TELAK

hasil simulasi basuki tjahaya purnama menang telak HASIL SIMULASI BASUKI TJAHAYA PURNAMA, MENANG TELAK

Ribut-ribut peta perpolitikan  di DKI Jakarta kian hari makin menggurita saja, ini disebabkan DKI Jakarta dianggap sebagai barometer pemerintah tempat yang paling dekat dengan poros kekuasaan pemerintah pusat. 

Karenanya ada anggapan para analis politik yang menyebut, apa yang terjadi dalam peta politik DKI Jakarta akan kuat pada peta politik di daerah. 


Masalahnya sekarang, lawan politik diPemilukada DKI yang akan dihadapi para partai politik yakni petahana Basuki Tjahaya Purnama di mana tak ditabukan mempunyai elektabilitas yang begitu tinggi.
Hitung-hitung untuk mengadang-gadang sejumlah figur kuat yang dinilai mempunyai reputasi yang setara dengan Basuki Tjahaya Purnama  atau  akrab dipanggil ahok banyak dilakukan partai politik. 

Mekanisme penjaringan para bakal calon gubernur DKI Jakarta pun digelar, hasilnya tak bergeser dari asumsi awal yang sudah duluan ramai dibicarakan publik. Haji Lulung Lunggana, Yusril Ihza Mahendra, Yusuf Mansur, Djarot Saiful Hidayat, Sandiaga Uno, Tri Rismaharini  adalah sederet nama yang menguat  di beberapa partai politik yang coba diangkat ke permukaan untuk bersaing dengan petahana basuki tjahaya purnama.

Hasil simulasi

Namun pertanyaannya, seberapa kuatkah figur tersebut akan bisa menahan gempuran popularitas Basuki Tjahaya Purnama yang kian hari membumbung tinggi ? Lantas, akankah mereka mempunyai tingkat keterpilihan yang menjanjikan dan tak diragukan sama sekali. 

Untuk mengerucutkan pertanyaan ini akan kita lihat dalam hasil simulasi berdasar hasil survey yang dilakukan oleh   Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada periode 24-29 Juni 2016
  1. Basuki Tjahaya Purnama versus Haji Lulung Lunggana, hasilnya Basuki Tjahaya Purnama dipilih oleh 63,4 persen sedangkan haji Lulung cuma kebagian 13,3 persen. Sisanya 23,3 persen menentukan tidak menjawab atau tidak tahu
  2. Basuki Tjahaya Purnama versusYusril Ihza Mahendra, hasilnya Basuki Tjahaya Purnama dipilih oleh 59,4 persen responden sedangkan bung Yusril menerima jatah 26,3 persen. Sisanya sebanyak 14,3 persen menentukan tidak menjawab.
  3. Basuki Tjahaya Purnama versus Yusuf Mansur, hasilnya Basuki Tjahaya Purnama disukai   59,6 persen responden, sedangkan Yusuf Mansur disukai 22,3 persen responden. Sisanya  18,1 persen menentukan menjawab tidak tahu atau belum menjawab.
  4. Basuki Tjahaya Purnama versus Djarot Saiful Hidayat. Hasilnya Basuki Tjahaya Purnama dipilih sebanyak 63,0 persen, sedangkan Djarot 15,5 persen, Sisanya  sebanyak 21,5 persen menentukan menjawab tidak tahu atau belum menjawab.
  5. Basuki Tjahaya Purnama versus Sandiaga Uno. Hasilnya Basuki Tjahaya Purnama  dipilih sebanyak  61,0 persen responden, sedangkan Sandiaga Uno 19,2 persen responden. Sisanya 19.8 persen menjawab tidak tahu atau tidak menjawab
  6. Basuki Tjahaya Purnama versus Tri Risma Harini, hasilnya Basuki Tjahaya Purnama dipilih  58,4 persen, adapun Risma oleh 26,6 persen. Sisanya 15.0 persen menjawab  tidak tahu atau tidak menjawab
Bila melihat dari hasil simulasi tersebut, ternyata peluang untuk menjegal sang petahana Basuki Tjahaya Purnama akan kandas, atau boleh dikata Basuki Tjahaya Purnama menang telak

Secara teori, memang semakin banyak pesaing petahana maka akan cenderung menggerus elektabilitas petahana. 

Akankah taktik dipilih ini, mengingat hasil elektabilitas yang sudah dibeberkan sebelumnya kurang menggembirakan ? Ataukah dunia paranormal dijadikan alternatif untuk menumbangkan kekuatan petahana di pemilukada nantinya.  

Tak bisa dipungkiri kerja-kerja Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama begitu positif dan kuat menempel di ingatan masyarakat DKI. 


Walau harus menuai hujan kritikan dan kecaman keras atas sejumlah perkataan dan agresi penggusuran yang dinilai tidak manusiawi namun faktanya masyarakat DKI masih banyak menyukai cara mirip itu. 

Artinya publik menilai figur Basuki Tjahaya Purnama telah bekerja sangat keras  dan inilah pemimpin yang mereka butuhkan untuk mengatasi problem di Jakarta, termasuk untuk mengatasi praktek-praktek banal di pemerintahan DKI Jakarta.

Soal kebiasaan tutur kata Basuki Tjahaya Purnama yang suka marah-marah dan dianggap berangasan   menurut ekonomis saya tidak akan kuat banyak menurunkan elektabilitas petahana. 

Rekam jejak dan hasil kerja yang sudah dibuktikan selama ini merupakan kata kunci masyarakat DKI menjatuhkan pilihannya kepada Basuki Tjahaya Purnama. Bukankah juga beberapa   pemimpin tempat lain semisal Tri Risma Harini dan Ganjar Pranowo mempunyai kebiasaan suka marah-marah mirip Basuki Tjahaya Purnama.  

Kesulitan Partai Politik

Apa bekerjsama sumber masalahnya sehingga para pesaing begitu sulit menjegal Basuki Tjahaya Purnama duduk ke dingklik podium DKI 1 untuk kedua kalinya ? Tak sanggup disangkal itu bermula dari rekam jejak yang mereka torehkan sendiri, minim agresi daya kejut, landai dan biasa-biasa saja. 


Mungkinkah menggelar agresi tebar pesona, blusukan ke pasar, hadir pada lokasi penggusuran akan bisa mengejar ketertinggalan dan mendongkrak popularitas ?  Saya katakan itu sangat tidak mungkin terjadi.

Paling mungkin yang sedikit bisa menyaingi Basuki Tjahaya Purnama yakni sosok yang sudah juga mempunyai rekam jejak dan pilihan itu ada pada  Walikota Surabaya Tri Risma Harini.  


Cuma pada titik ini masih perlu ditopang dengan kerja keras mesin partai pengusungnya dibantu  santunan media center secara habis-habisan. Terus untuk kandidat  calon gubernur lainnya bagaimana ? saya pikir peluang menangnya sangat tipis dan hampir tidak ada sama sekali, kecuali mereka dibantu dengan  jasa paranormal, itupun tindakan spekulasi dan hasilnya belum dijamin 100 persen.

Prof.Dr. Syamsuddin Haris, M.Si, Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI menyampaikan "selama ini partai politik gagal paham sama masyarakat,".  Partai politik selama ini banyak mendongkrak popularitasnya lewat jalur sensasi yang membabi buta, kesudahannya  tidak meninggalkan bekas apa-apa dalam ingatan masyarakat.  Soal bukti kerja, tunggu dulu, itu kasus lain.  

Solusi Partai

Berita terkini bergabungnya beberapa partai politik yang melawan  Basuki Tjahaya Purnama dengan stempel koalisi kekeluargaan sepertinya menjadi angin segar untuk merubah peta politik DKI Jakarta. 

Namun sayangnya, itu masih ditentukan oleh keputusan PDIP apakah mendukung Basuki Tjahaya Purnama atau tidak dalam Pemilukada DKI nantinya. Dengan kekuatan 28 dingklik di parlemen, PDIP merupakan sosok monster yang  sangat menggerikan dan menjadi tanda awas  dalam perhelatan pesta demokrasi DKI.

Sadar akan ancaman itu, boleh jadi  itu juga menjadi alasan Basuki Tjahaya Purnama untuk terus merayu sang ketua umum PDIP semoga ikut dalam barisan pendukungnya. 

Sinyal itu mulai nampak dan begitu kuat lewat kemesraan antara presiden Jokowi, ketua umum PDIP dan Basuki Tjahaya Purnama di satu kendaraan ketika menuju arena digelarnya Rapimnas partai golkar. Akankah paket Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Saiful Hidayat jilid 2 akan terulang lagi ? Menurut ekonomis saya, ya mirip itu. 

Demi kepentingan politik PDIP untuk tahun 2019 nantinya, maka akan sangat tidak mungkin PDIP mengusung kadernya Walikota Surabaya maju dalam Pemilukada DKI Jakarta. Itu mirip pepatah menyampaikan harap burung terbang tinggi, punai ditangan dilepaskan, artinya sudah terang PDIP sudah menguasai kota Surabaya masa sih harus dilepaskan. Bukankah akan lebih anggun jikalau dua wilayah ini dikuasai oleh kader-kader terbaik PDIP. 

Jadi solusi terbaik untuk partai yang berniat untuk menjungkalkan Basuki Tjahaya Purnama yakni terus merapat dan membangun komunikasi politik dengan PDIP. 

Lancarkan rayuan-rayuan  ganas dan jangan lupa dibubuhi proposal yang menggiurkan semoga menciptakan ibu Megawati klepek-klepek. Tanpa PDIP dalam koalisi kekeluargaan, maka nasibnya tidak akan berbeda jauh dengan nasib koalisi merah putih yang tinggal nama.      

Baca juga :


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HASIL SIMULASI BASUKI TJAHAYA PURNAMA, MENANG TELAK"

Posting Komentar