TRIK MENINGKATKAN ELEKTABILITAS TOKOH POLITIK HINGGA 73 PERSEN

Trik meningkatkan elektabilitas tokoh politik sampai  TRIK MENINGKATKAN ELEKTABILITAS  TOKOH POLITIK  HINGGA 73 PERSEN
Sejak dibukanya keran pemilukada serentak oleh pemerintah, maka setiap tahunnya fokus perbincangan para analis politik selalu berkutat siapa tokoh politik yang terkenal dan mempunyai elektabilitas tinggi.



Tak ditabukan, memang tahun 2016 – 2019 sudah mahfum diketahui publik sebagai tahun politik. 

Adanya situasi yang ibarat itu maka mendorong partai politik dan tokoh-tokoh yang berminat untuk ikut bertarung dalam pesta demokrasi itu, mulai pasang kuda-kuda.

Artikel Lain

Dana Desa Alat Meraup Suara  dan Meningkatkan Elektabilitas Politik

Tak bisa ditampik, pesta demokrasi  selalu identik dengan guyuran hujan uang. Pun melihat situasi yang cukup parah itu, balasannya Goenawan Muhammad seorang penulis terkemuka angkat bicara lewat  artikelnya di majalah tempo 27 Juli 2016, menyindir bahwa kehidupan politik telah bermetamorfosis lapak dan gerai, kios dan show-room. 
  
Terlepas dari sindiran itu,  sebuah pertanyaan sederhana yang selalu  terlontar  ketika bertemu seseorang, apakah tokoh politik si A berpengaruh di tempat anda ? Entah sekedar nirwana indera pendengaran bagi anda, dengan entengnya teman anda menjawab, oh sangat kuat.

Pertanyaannya, dari mana anda tahu kalau posisi tokoh politik itu  berpengaruh ?

Kekuatan Figur Tokoh Politik


Mengukur kadar kekuatan figur tokoh politik yang mencalonkan diri  sebagai  kepala tempat bukan kasus mudah. Kita tidak bisa seenaknya menciptakan kesimpulan sesat, bahwa tokoh politik A berpengaruh atas dasar cuma alasannya dibicarakan segelintir orang.

Artikel Lain
Cara Selingkuh Pengelolaan Keuangan Daerah

Tafsir kuat mempunyai pengertian bersayap, bisa diterjemahkan  juga tokoh politik tertentu cukup terkenal alasannya rekam jejak yang anggun atau alasannya rekam jejak yang jelek tapi soal apakah nanti dipilih rakyat, belum tentu.  

Jadi, popularitas seseorang hanya merupakan pintu masuk tapi bukan segalanya. 
Dititik ini, maka diperlukan ukuran lain dengan apa yang disebut  elektabilitas  tokoh politik. Akan sangat anggun sekali jikalau popularitas dan elektabilitas itu berjalan beriringan kolam semut ketika mengangkut makanan.
 
Menurut Hasanudin Ali, CEO Alvara Research Center tingkat elektabilitas atau  keterpilihan seorang tokoh politik dipengaruhi oleh  3 faktor seperti  popularitas, citra, serta ikatan batin.
 
Populer di mata masyarakat pemilih tidak berarti harus duduk di rangking nomor satu dari sekian kandidat.   Terpenting, beliau masih dalam peringkat 3  besar sehingga masih mempunyai ruang cukup lapang untuk terpilih. 

Kemudian citra, faktor  gambaran ini menyangkut abjad dan kemampuan
tokoh politik. Citra kandidat yang low profile, murah senyum, tidak susah bertemu sangat disukai masyarakat. 

Namun, kata  Corner dan Pels  bahwa aktifitas politik yang hanya mengedepankan pencitraan politik, tanpa dibarengi penguatan kualitas diri politik, pada balasannya hanya meretas nihilisme. 

Karena itu  membangun gambaran
tokoh politik tertentu wajib ditopang dengan kemampuan komunikasinya yang baik ibarat bisa memperlihatkan solusi-solusi kongkrit atas masalah-masalah masyarakat. Dengan begitu  akan semakin mendongkrak popularitasnya yang bermuara pada elektabilitas.

Nimmo dalam bukunya Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek, mengatakan  gambaran ialah segala hal yang berkaitan dengan situasi keseharian seseorang, menyangkut pengetahuan, perasaan dan kecenderungannya terhadap sesuatu. Sehingga gambaran sanggup berubah seiring dengan perjalanan waktu.

Adapun ikatan batin,   merupakan hubungan emosional mendalam  dari kandidat dan masyarakat pemilih. 

Ini akan tercipta  jikalau masyarakat pemilih  merasa tidak ada jarak antara mereka dan kandidat.

Kenapa ikatan emosi harus dibangun ?

Takarannya sederhana, alasannya secara garis hubungan kekeluargaan tidak ada sama sekali. Untuk memasuki fase membangun jalinan ikatan emosi pilihan satu-satunya ialah menyentuh titik kepentingan mereka.  

Bagaimana kita bisa tahu apa kepentingan masyarakat pemilih ?

Untuk bisa tahu apa yang menjadi kepentingan masyarakat pemilih itu,  cara yang paling masuk nalar ialah dengan metode blusukan.

Artikel lain  
Efek Elektoral Propaganda Politik
 
Seorang sosiolog asal Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito mengatakan, model kampanye blusukan ketika ini memang sedang tren di kalangan politikus Indonesia. "Tren gaya kampanye politikus ketika ini banyak dipengaruhi rujukan kampanye Jokowi.

Senada juga dituturkan  Charles Bonar Sirait yang menulis buku "kekuatan berbicara di publik"  bahwa  masyarakat akan memperlihatkan respons dan penghormatan jauh lebih besar kepada politikus yang mendatangi mereka secara langsung. "Nilainya sangat tinggi dan tidak terbayarkan," 

Hasil Penelitian Elektabilitas

Banyak gagasan menaikkan popularitas dan elektabilitas tokoh politik dilakukan oleh tim suksesnya tanpa mempunyai pijakan berpengaruh dan mapan, semisal kajian ilmiah. 


Kalau pun digunakan, bakal menciptakan mereka pening, pusing-pusing dan tersesat lebih jauh ke rimba dunia tak berujung. 

Kalau dikatakan gagasan  itu cuma spekulasi, pas benar, alasannya balasannya cuma membuang waktu, biaya dan tenaga secara percuma.


Sebenarnya, beberapa hasil penelitian wacana naik turunnya elektabilitas seorang tokoh politik sudah banyak dipaparkan para ahli.

Seperti yang di lakukan LCS Survey 2014 silam di 34 propinsi, menyimpulkan bahwa 38,3 persen warga lebih cenderung menentukan tokoh politik yang menjalankan kampanye blusukan,  35.9 persen menentukan tokoh politik karena  pemberitaan, terakhir  25.8 persen masyarakat menentukan seorang tokoh politik karena  iklan di media massa.
 
Hal yang sama juga dipaparkan Riris dan Yogih dalam jurnalnya "Mencari Bentuk Kampanye Politik Khas Indonesia" mengungkap  bahwa kandidat yang mendapat simpati dari masyarakat ialah sosok yang memangkas jarak dengan masyarakat.

Hal sedikit berbeda diutarakan Venus dalam bukunya administrasi kampanye bahwa masyarakat sebagai pemilih mempertimbangkan calon dari apa yang dilihat di media massa 

Menurut McGinnis ibarat yang dikutip Dennis Kavanagh dalam bukunya  Ellection Campaigning: The New Marketing of Politics,  pemilih bekerjsama melihat kandidat bukan menurut realitas yang orisinil melainkan dari sebuah proses kimiawi antara pemilih dan gambaran kandidat (gambaran imajiner). Citra yang baik, dengan sendirinya akan meningkatkan popularitas dan elektabilitas kandidat, begitupun sebaliknya.

Pilihan Strategi Tokoh Politik
 
Strategi secara prinsip dasar merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Tentu tujuan di maksud ialah memenangkan hati rakyat sehingga bisa mendulang bunyi yang begitu banyak dan melimpah ruah.
     
Biasanya ada dua seni administrasi yang diterapkan dalam pertarungan politik yang dikemas dalam bahasa Incumbent versus penantang dan diturunkan melalui rupa-rupa aksi. 

Seperti, seni administrasi incumbent biasanya akan selalu mempertontonkan segala pencapaian supaya mendapat alasan dan restu masyarakat  untuk dilanjutkan. 

Sementara itu bagi seorang penantang akan berupaya memperlihatkan sisi-sisi kegagalan incumbent yang maju kembali dalam pertarungan politik.   
 
Lepas dari dua seni administrasi itu, ada beberapa pilihan seni administrasi yang sangat direkomendasikan para pakar komunikasi politik, ibarat :

1. Kunjungan eksklusif terprogram
2. Kunjungan eksklusif insidental (door to door)
3. Ceramah/dialog
4. Aksi sosial terprogram
5. Aksi sosial insidental
6. Peresmian
7. Kontrak politik
8. Turnamen
9. Pawai
10. Hiburan/Kesenian
11. Menggunakan media center

11  seni administrasi ini ialah cara yang sangat efektif untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas seorang tokoh politik sampai lebih dari 73 persen.

Apakah 11 seni administrasi itu harus digunakan semua ?

Ya, kalau betul berminat ingin menang telak dalam pertarungan politik.

Namun sayangnya, kalau lawan politik memakai seni administrasi yang sama maka peluang mendulang bunyi terbanyak itu cenderung akan menipis.

Kesimpulan

Popularitas dan elektabilitas ialah dua hal yang berbeda tapi merupakan 1 paket yang harus dikejar seorang tokoh politik supaya bisa meraup bunyi terbanyak dalam pertarungan politik.

Hasil penelitian, ada 3 pilihan dalam mendongkrak popularitas dan elektabilitas tokoh politik yang selalu menjadi jalan masuk masyarakat pemilih menjatuhkan pilihannya, ibarat :
1.  Metode blusukan
2.  Metode pemberitaan
3.  Metode Iklan di media massa

Dengan memakai ketiga pintu  ini, bisa digaransi seorang tokoh politik akan sukses mendulang bunyi rakyat yang cukup banyak, dengan catatan harus dirahasiakan pada lawan politik metode dan seni administrasi mana yang dipakai.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TRIK MENINGKATKAN ELEKTABILITAS TOKOH POLITIK HINGGA 73 PERSEN"

Posting Komentar